Optimasi Proses Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan dari Selongsong Maggot menggunakan RSM

Maggot (Hermetia illucens) adalah organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF) dan salah satu pembusuk karena mengonsumsi bahan-bahan organik untuk bertahan hidup. Di Indonesia budidaya semakin diminati belakangan ini. Dalam selalu menghasilkan limbah berupa selongsong masih belum banyak digunakan yaitu sekitar 2/5 total produksi. Saat ini maggot dimanfaatkan. Padahal, berpotensi menjadi bahan baku alternatif dalam produksi kitosan.. Dengan demikian, merupakan sumber baru biopolimer kitin menarik diteliti berbagai aplikasi. Untuk sendiri ada 3 tahap meliputi proses demineralisasi, deproteinasi, depigmentasi. mengubah kitosan dilakukan deasetilasi. Nilai derajat deasetilasi sangat mempengaruhi kualitas dihasilkan. Faktor-faktor utama menentukan keberhasilan suhu waktu ekstraksi. Oleh itu, penelitian mengetahui optimasi berbasis dengan variasi suhu. Optimasi pada 60oC, 70oC, 80oC 8, 10, 12 jam metode Response Surface Metodhology (RSM). Derajat tertinggi diperoleh saat 84,14214°C 10 93,03823% is an organism that comes from eggs and one of the decaying organisms because it consumes organic materials to survive. In Indonesia, cultivation has been increasingly in demand lately. cultivation, always produces waste form casings which are still not widely used, around production. Currently have used much. fact, sleeves potential become alternative raw chitosan Therefore, interesting new source biopolymer chitin for research use various applications. For production itself there stages include process demineralization, deproteination, depigmentation. To convert into chitosan, a deacetylation carried out. The degree greatly affects quality produced. main factors determine success temperature extraction time. this was conducted optimization based on with variations time temperature. Temperature out at temperatures hours using Methodology (RSM) method. highest obtained 84.14214°C produce 93.03823%